29 Juni 2009

LTC The Series

Katakanlah gue sedang berkhayal. Katakanlah gue sedang membuat hal yang lucu. Tapi gue sering merasa atau terpikir kalo hidup kita ini bagaikan serial tv yang sering kita tonton. Entah serial-serial itu yang jadi seperti kehidupan nyata, atau justru terbalik, kehidupan nyata justru jadi seperti serial-serial tv.
Ya, intinya ada banyak kesamaan dalam hidup kita yang nyata dengan serial tv. Bukan, bukan kesamaan kisah atau hal-hal yang terjadi antara kehidupan nyata dengan serial tv. Bukan itu yang gue omongin. Tapi lebih ke idenya. The idea of life and the tv series.

Seperti yang gue katakan tadi diawal, mungkin gue ini sedang berkhayal, atau bahkan melakukan hal yang lucu, atau parahnya norak. Gue bilang begitu karena gue kepikiran kalo hidup ini seperti serial tv. Dan ngomongin tentang serial tv yang kaya kehidupan nyata atau sebaliknya, plus khayal-mengkhayal, gue punya pikiran atau khayalan tentang kantor gue yang gue liat kaya serial tv. Ada episodenya dan ada penggantian pemain. Dan ini gue liat kaya season-season di serial tv aja gitu. Khayalan? Hal yang lucu atau norak? Hahaha.. ya, begitulah… you name it.

Anyway, cerita sedikit, perusahaan tempat gue kerja itu adalah perusahaan yang bergerak dibidang transportasi udara. Dan tepatnya dimana gue ditempatkan adalah di training center-nya. Dilantai 3, dikantor pusatnya. Nama resminya adalah Lion Training Center. Dan biasa disingkat jadi LTC. Pusat pelatihan untuk melatih para kru pesawat. Pilot, engineer, pramugara/i, dan lain sebagainya.

Lalu inilah yang bikin gue kepikiran sepertinya kehidupan dikantor gue itu bisa gue khayalkan seperti serial tv. Karena ada episodenya, ada pemain-pemainnya yang akhirnya berganti-ganti seperti pada saat pergantian season diserial tv. Pergantian season ini katakanlah saat ada yang keluar atau kalo ga salah 6 bulan sekali. Entahlah. Namanya juga ngayal. Dan berhubung dari tadi gue bilang serial tv, serial ini namanya LTC The Series. Hahahahaha… see, I told you, gue lagi ngayal. Tapi ngayal kaya gini ternyata enak. Hahahaha…

So, inilah para temen-temen kantor gue dari awal dibukanya training center di perusahaan tempat gue bekerja itu, sampe yang sekarang, dan yang nanti. Seperti season-season di serial tv, para pemain di ‘serial’ yang satu ini juga sama halnya. Ada yang bertahan terus sampe ‘season’ berikutnya, ada yang udah ga ikut lagi. Yang pasti kita semua adalah pemeran utamanya. Hehehehe…


 
1
Capt. Eddy, Dina, Herman, Rizky, Nana, Emercy, Jack, Linda, Maya


 
2
Abi, Capt. Luthfie, Nana, Prap, Lani, Maya,

Linda, Herman, Hardianto, Jack, Emercy, Rizky, Dina


 
3
Capt. Luthfie, Nana, Linda, Prap, Herman, Maya, Lani, Abi,

Dina, Emercy, Rizky, Nessie, Jack, TJ, Hardianto


 
4
Winda, Linda, Capt. Luthfie, Jack, TJ,

Eka, Nessie, Nana, Emercy, Icha, Lani


 
5
Yola, Marzaliano, In-In, Rini, Yadi, Nana, Jack, Lani,

Nessie, TJ, Herman, Winda, Eka, Capt. Luthfie, Linda, Emercy


 
6
Iril, TJ, Nessie, Herman, Rini, Winda, Jack, Yudi,

Nana, Irna, Wawa, Emercy, In-In, Marzaliano, Yadi, Lani


 
7
Capt. Adi, Rusdi, TJ, Wawa, Yudi, Yadi, Avi, Rosmalinda

Desti, Ida, Handoko, Irna, In-in, Marzaliano, Harry, Emercy


 
8
In-In, Wawa, Rusdi, Capt. Adi, Irna, Desti, Ida,

Avi, Handoko, Yudi, Yadi, Marzaliano,
Harry, Rosmalinda, Emercy

Hehehe, begitulah kira-kira. Ada dari kita yang udah ga ikutan lagi, ada yang masih tetep ada. Yang ga ikutan lagi 'diceritakan' ada yang pindah ke divisi lain,  ada yang pindah ke bandara, atau lebih aktif disana, dan ada yang resign.

Dan di 'season' 8, gue udah ga ikut lagi. Karena mulai 'season' ini, gue diceritakan udah pindah kerja.


Hmm, karena ini kehidupan nyata, tentunya itu bukan hanya diceritakan, tapi kenyataan. Ya, mulai 1 Juli 2009 nanti, gue udah bukan karyawan di perusahaan tempat gue kerja lagi. Gue bukan bagian dari LTC lagi. Gue udah ‘off’ dari ‘serial’ ini.
 
Begitu banyak ‘episode-episode’ yang gue alami di ‘serial’ ini. Dari mulai yang nyebelin, yang nyedihin, sampe yang lucu-lucu. Dan alhamdulillah, dari semua hal itu, sepertinya kejadian lucunya lebih banyak. Herannya sih, ‘episode-episode’ yang lucu itu justru lebih sering ada di sekarang-sekarang ini. Atau di akhir-akhir episode yang masih ada gue-nya. Di ‘season’ terakhir gue.

Dan kalo ditanya serial dengan genre apa LTC The Series itu, jawabannya adalah serial yang dulunya drama dengan bumbu komedi, tapi lama-lama jadi serial komedi dengan bumbu drama. Hahahaha… entah ada apa engga ya genre seperti itu? Ah, namanya juga gue lagi ngayal.

Ya, selesai sudah cerita gue di perusahaan ini. Perusahaan yang begitu banyak memberikan gue pengalaman, baik pengalaman yang benar-benar dari perusahaan ini maupun pengalaman lainnya selama gue bekerja disitu.
 
Seperti diserial tv pada umumnya, kalo salah satu dari mereka ada yang udah ga ikutan lagi atau udah mau terakhir-terakhir, dari kemaren emang ada flashback-flashback yang entah kenapa jadi hadir begitu aja. Seperti ruang yang dulunya adalah tempat atau cubicle kami, lagu-lagu yang dulu sering diputer sambil kami kerja, rute berangkat dan pulang kantor saat awal-awal gue masuk, persahabatan yang dulunya ada dengan beberapa temen dilain lantai yang kini udah buyar, dan semua hal lainnya. Tentunya temen-temen yang lain lantai atau mungkin dari luar lainnya itu kalo di serial tv adalah guest star-nya. Dan banyak diantara mereka yang bukan hanya ‘guest star’, tapi ‘special guest star’, bahkan ‘special appearance’.

Yah, begitulah. Semoga dikantor yang baru ini nanti gue bisa menemukan hal-hal yang baik seperti hal-hal baik yang gue dapet di LTC. Atau bahkan hal-hal yang lebih baik lagi. Walau belum tentu gue bakal ngeliatnya sebagai serial tv juga kaya disini.

Sampai jumpa, ‘serial tv’-ku. Semoga kau lebih maju dimasa yang akan datang. Atau, semoga ‘serial’ ini tetap berlanjut dengan ‘episode-episode’ yang manis dan lucu meski tanpa gue disitu.
 
raksasa... hahahahahaha...
Doakan gue juga ya, temen-temen. Mudah-mudahan ditempat baru nanti kehidupan gue jadi makin baik lagi. Makasih yaaaa…

23 Juni 2009

Main Pesawat-Pesawatan

Jum’at malam lalu (18 Juni 2009), gue bersama beberapa orang temen gue pergi ke bandara untuk latihan evakuasi. Sebenernya bukan gue juga sih yang latihan evakuasi, tapi para pramugara/i aja. Gue mah cuma ikut-ikutan doang. Itung-itung ngeliat pesawat Lion yang baru beli, Boeing 747-400. Pesawatnya dua lantai gitu lah. Pantesan bentuk kepalanya rada peyang. Hahahaha…


Jadi ini adalah kali pertama gue ikut-ikutan ke bandara untuk ngeliat latihan evakuasi yang biasa disebut evacuation drill itu. Kalo selama ini gue cuma denger para perempuan-perempuan cantik itu jejeritan di kantor gue untuk latihan evakuasi, sekarang gue bener-bener liat mereka beraksi dipesawat beneran.

Sebenernya jam 6 sore kita semua udah jalan ke bandara. Tapi baru nyampe sekitar jam 8-an. Soalnya ternyata perjalanan kesana pake macet segala. Dan yang kita semua pikir kita bakalan telat dan evakuasi-evakuasian itu bakalan udah kelar ternyata salah. Karena latihan evakuasi yang konon memakan biaya mahal itu belom dimulai.

So, jadilah gue disana nungguin latihan itu dimulai. Duduk-duduk disekitar pesawat yang ternyata emang gede banget yaaa… Hahahaha…

Setelah sekitar jam 10-an latihan baru beneran dimulai. Kita yang duduk-duduk diluar pesawat ga denger teriakan-teriakan dari para perempuan dan laki-laki itu.
Lalu pintu dibuka, dan terbukalah balon untuk sliding yang akan dipergunakan kalo keadaan darurat. Semua terbuka disaat bersamaan. Ga taunya gue baru tau ternyata sliding balloon darurat itu kalo dilipet lagi ngeluarin biaya 100 juta! Anjrooott… Cuma ngelipet aja ampe segitu!


Jadi kalo mau ngelipet lagi itu ada yang khusus untuk ngelipetin balon-balon itu. Yang sayangnya gue ga liat itu orang pake mesin apa sampe biaya yang dia peroleh bisa sampe segede gitu, karena gue dan temen-temen gue sibuk. Dan pesawat B747-400 itu punya lima pintu. Jadi sekali ngelipet aja, udah ngeluarin biaya setengah milyar. Gileee… I couldn’t believe what I heard! Dan pastinya gue norak banget yaaa… hahahahaha…


Speaking of norak, kita semua emang lagi pada norak-noraknya deh kemaren. Norak yang akut, norak yang parah! Karena emang buat gue ini adalah pertama kalinya gue masuk-masuk ke pesawat B747-400. Ditambah, gue juga masuk ke cock-pit segala. Buat yang ga tau, cock-pit itu maksudnya tempat pilot nyetir. Hahahaha… Nah, sibuk inilah yang gue maksud diatas.

Eh, eniweh, bukan gue aja. Dua orang temen gue juga. Ci In-In dan Desti. Kita udah kaya tiga orang anak kampung yang sumpah ancur-ancuran tingkahnya! Tapi selama berkeliling itu kami ga cuma bertiga sih. Ditemenin ama beberapa temen pramugari senior, chief staff administrasi dikantor, dan temen staff juga yang udah beberapa kali masuk ke pesawat ini.
Ini semua bisa kita lakuin setelah latihan evakuasi itu selesai tentunya. Dan pertama kita masuk, kita ngeliat-liat kursi penumpang. Lalu kita duduk-duduk disitu. Sebenernya ga gitu-gitu amat juga sih noraknya kita. Cuma kita emang suka lebaaay…

Nah, berikut ini adalah dialog-dialog kita selama kita berada didalam pesawat:
“Iiih.., empuuuk… ga kaya dirumah. Kalo dirumah mah pake bale-bale. Keraaas…”

“Ya ampuuun, maas… Ada tipinyaaa…”

“Eh, eh, eh… kursinya ada pencetannya! Awas pencetannya nyetruum!”

“Mana tipinya yang kya dikursi itu! Gue mau liat!!! Keluarin! Keluarin!”
(yang ini sambil mukul-mukul kursi)

“Wah, kita bisa nonton sinetron dong dari sini! Ga ketinggalan walau kita lagi keluar negri!”

“Ih, mau dong selonjoran kaya gituuu!”
(Sambil nunjuk-nunjuk salah satu kursi yang selonjorannya lagi dikeluarin. Aeeh, emang norak beneran gue ya?! Gue ga tau apa itu namanya! Wakakakakakakakak….)


Lalu perjalan melihat-lihat pesawatpun berlanjut ke cock-pit, seperti yang gue bilang tadi. Dan beginilah dialog-dialog yang terjadi diseputar cock-pit:
“Aku mau difoto dong, mas. Kan ceritanya aku pilot perempuan.”
(Sambil megang setiran pesawat. Iya, gue juga ga tau itu namanya. Mereka cuma bilang stick. Halaah.. Stick.. Kya PS aja)

“Gue dong, gue!! Kapan lagi gue nyetir pesawat?!”

“Waah, pencetannya banyak yaaa…”

“Eh, jangan ada yang kepencet! Ntar pesawatnya terbang!”

“Bang, bang…, anterin saya ke Ancol dong, bang…hihiihihihihihi…” (ngomongnya dibelakang yang lagi megang setiran pesawat sambil nepuk-nepuk punggungnya)



Kunjungan yang kita pikir udah mau selesai itu ternyata belum selesai. Karena masih ada ruangan yang belom kita datengin. Yaitu tempat istirahat para pramugara/i atau bunker. Nah, ruangan ini kecil banget. Kita harus naik tangga yang sempit untuk sampe kesana. Dan disanapun kita ga bisa berdiri, tapi harus nunduk-nunduk bahkan nungging. Kebayang ya, para pramugara/i itu kan tinggi-tinggi. Well, kalo selama ini penampilan mereka keren-keren, pekerjaan mereka ternyata sangat melelahkan. Certia tentang ruangan ini mah cuma contoh kecil doang. Sejak gue diposisikan sebagai staff administrasi buat para pramugara/i, gue jadi makin ngerti susahnya kerjaan mereka.

Ok, sedikit aja sentimentilnya. Kita kembali ke masalah kunjungan tiga orang kantor yang norak dan ga jelas itu lagi.

Sesampainya kita keruang istirahat para pramugara/i itu, tentunya kita ga diem aja dooong… Mulailah kita dengan dialog-dialog aneh kita.
“Waah, ini toh tempat kalian istirahat?”
(ngomong ke salah satu pramugari senior)

“Waah, gue difoto dong disini…”
(siap-siap di foto ala Cleopatra)

“Gue dooong foto siniiii…”
(ditempat tidur yang dikolong, bukannya keren malah kaya beruang kutub di dalam goa es)

“Ini kalo pendek gini, lama-lama bisa encok dong, mba?”
(tanya ke pramugari senior sambil dijawab dengan jawaban ga kalah ngaco)

“Iya, ampe osteoporosis.”

 
Selanjutnya kunjunganpun selesai. Kita akhirnya duduk-duduk dulu sebelum keluar dari pesawat. Kita makan-makan dulu dikursi yang berada ditengah. Sambil minum-minum jus yang sedianya diperuntukkan untuk penumpang. Well, karena enak, kita bawa pulang aja jus-jus itu. Hihihihihi… Dibolehin lhooo…! Kita kan yang selama ini ngurusin mereka. They love us laaah. Hahahaha…

Dan begitulah kejadian Jum’at malam lalu. Hmm, gue ga kebayang kalo yang dateng semua dari kita, para staff di kantor gue. Pasti ancur deh tuh pesawat. Hahahaha…
Ya, begitulah keadaan kantor gue. Kantor yang isinya selalu dengan cerita-cerita yang kocak-kocak. Orang-orangnya juga banyak yang ngawur ketimbang yang bener. Banyak ketawaannya, banyak seru-seruannya. Agaknya inilah yang menyenangkan berada disana. Hmm… jadi sentimentil lagi deh gue. Hehehe…

12 Juni 2009

Percakapan Siang Hari Yang Bikin Gue Puyeng

Pulang sholat Jum’at tadi gue harus menjalankan sebuah percakapan yang bener-bener bikin gue bete. Percakapan yang ga penting yang ujung-ujungnya cuma bikin gue malah bikin dosa baru.

Gue lagi jalan sendirian diantara orang-orang yang sama-sama pulang sholat Jum’at. Tiba-tiba pundak gue ditepuk oleh temen sekantor gue yang akhirnya jadi orang yang ngerusak mood gue ini.

Dan percakapanpun berlangsung.

“Eh, rumah lo masih disitu kan? Di Kampung Melayu?”
(dia menghisap rokoknya)

“Bukan, rumah gue di Pondok Bambu.”
(gue dengan muka ramah)

“Ah, yang bener lo. Kampung Melayu apa Pondok Bambu?”
(gue mulai bete)

“Pondok Bambu.”

“Bukannya Cipinang Muara, yang deket Cipinang Indah?”

“Iya, disekitar situ deh.”
(gue makin bete)

“Disitu masih suka banjir?”
(dengan suara kenceng yang bikin orang-orang sekitar situ sepertinya nengok)

“Masih.”

“Eh, kalo di Cipinang Indah itu tembusan ke Kalimalang lewat mana sih?”

“Ya, masuk aja ke kompleknya, ke perumahannya. Nanti juga tembusnya sampe juga di Kalimalang.”

“Ah, yang bener dong. Ntar kalo gue nyasar gimana?”

“Ya lo cari aja jalannya, ga susah kok. Lewat jembatan yang ada disitu, terus lurus aja.”

“Lo jangan bohong dong. Ngasal banget sih ngasih taunya?”

“Hah?!”
(udah sangat bete)

“Lu mau gue jelasin? Gue udah ngejelasin! Lu kenapa malah bilang gue bohong?”

“Lagian lu maksudnya apaan sih nanya-nanya kaya gini? Lu cuma mau basa-basi doang kan sambil jalan ke kantor? Pake bilang gue bohong segala! Masih untung gue mau jelasin!  Buang waktu gue aja lu! Emangnya kewajiban gue ngejelasin ama lu dimana itu jalanan kek, apa kek?!”
(muka gue kaya apa ekspresinya ya kalo lagi begini?)

Dan akhirnya dia cuma diem dan ngelajutin menghisap rokoknya. Sementara gue menjauh.

Well, mood gue dirusak deh siang-siang bolong. 

10 Juni 2009

Aku, 'Dia', Dan Mimpi

Tadi subuh, selesai sholat gue tidur-tiduran sebentar. Seharusnya gue udah mandi lalu siap-siap berangkat kekantor. Tapi karena gue masih ngantuk, dan kalo mandi gue pikir bakalan dingin banget, akhirnya gue tidur-tiduran aja dulu.

Dari tidur-tiduran, akhirnya gue malah tidur beneran. Dan dalam beberapa menit kemudian, gue langsung bermimpi. Ya, kadang emang mimpi suka dateng pas kita baru aja mejamkan mata 'kan?

Dalam mimpi itu gue ketemu dengan seseorang yang gue langsung tau itu siapa. Gue ketemu diri gue sendiri tapi dalam wujud gue yang masih berusia sekitar 14 tahunan! Dengan seragam SMP, topi sekolah yang biasa gue pake, dan sepatu yang gue dulu punya. Gue inget semua detil dari apa yang gue pake.

Ya, namanya juga mimpi ya, setting lokasinya emang aneh. Awalnya gue ngeliat ‘dia’ lagi duduk diatas meja siswa, yang urutannya paling depan, deket pintu. Lalu ‘dia’ berdiri, dan mendatangi gue. Ya, awalnya kita ada dikelas gue waktu gue kelas 2 SMP dulu. Dan disitu ga ada orang sama sekali kecuali ‘dia’ dan gue. Sepi banget.

Tiba-tiba setelah mendekat ‘dia’ langsung nanya ke gue, “Kenapa kita kalo sholat, beribadah lainnya dan berbuat baik itu mengharapkan pahala? Kenapa kita ga ikhlas sama Allah? Kenapa sama Tuhan sendiri kita kok matre?”

Dan dengan senyum gue merangkul ‘dia’ bagaikan seorang adik. Selagi merangkul, gue menjawab, “Setiap orang punya ‘balasannya’ masing-masing. Punya ‘hukumnya’ masing-masing. Kalo ada orang yang sholat, beribadah dan berbuat baik itu mengharapkan pahala, nantinya akan gimana-gimana. Dan kalo orang yang tidak mengharapkan pahala juga nantinya gimana-gimana. Tapi meminta sama Allah ‘kan ga papa. Dia ‘kan tempat manusia meminta. Emangnya mau minta ama siapa? Manusia? Engga ‘kan? Yang Diminta juga ga kenapa-napa. Kan Dia Yang Maha Memberi.”

Lalu seperti yang gue bilang tadi, setting lokasi di mimpi emang aneh, karena ternyata pas kita berdua duduk-duduk sambil berdialog gitu, tau-tau ada dikamar gue.

Dan setelah itu, gue terbangun. Gue bengong sebentar, dan akhirnya gue tersenyum. “Mimpi apa tadi itu, ya?” pikir gue.

Hmm, gue ga ngerti kenapa tiba-tiba gue mimpi kya gitu. Gue mimpi ketemu diri gue sendiri aja udah aneh, eh gue berdialog kya gitu pula. Dan yang lebih anehnya lagi, mimpi itu datengnya pas gue terlelap sebentar diantara niat pengen buru-buru mandi.
Sampe pas dalam perjalanan ke kantor, gue masih aja mikirin. Gue inget banget jaman seumuran segitu, emang itulah yang sempet jadi salah satu pertanyaan gue. Kenapa kita kalo ama Tuhan itu minta imbalan? Kenapa kita ‘matre’ ama Tuhan? Dan akhirnya jawabannya gue sampaikan sendiri ke gue sendiri oleh diri gue sendiri, tapi dalam mimpi.  Tapi kenapa tiba-tiba nongol gitu ya? Gue sih nyambung-nyambungin ke beberapa hari belakangan ini gue emang bener-bener lagi mengharapkan sesuatu. Dan harapan itulah yang gue panjatkan setiap hari dalam doa gue. Jadi kalo sampe bisa nongol dimimpi itu karena kepikiran aja, gue pikir sih gitu.

Gue sempet nulis hal ini di fesbuk, pas gue akhirnya duduk dan mau beranjak kekamar mandi. Dan dari komentar-komentarnya, ada yang bilang, ”Ada dalam diri kita, jiwa yang pengen semua bisa diulang kembali. Saat-saat melakukan hal-hal bodoh dan kita yang sekarang mencegah itu. Mungkin lo lagi kepikiran itu kali sebelum tidur?”  Lalu ada temen-temen SMP gue yang bilang karena gue kangen ama masa-masa bersama mereka. Ada juga yang bilang gue sedang diperingati. Bahkan komentar seremnya, gue udah mau meninggal. Tapi dia tulis dengan ga serius sepertinya. 

Ya, apapun arti mimpi gue ini, gue ga terlalu tau. Paling engga, akhirnya gue udah bisa menjawab sendiri apa yang jadi pertanyaan gue saat gue masih remaja dulu. Meski itu lewat mimpi sekalipun.

Mohon maaf, kalo seandainya jadi terkesan riya atau apa. Maaaaaf banget, yaaa… Gue cuma mau cerita doang kok. 

 
'dia'