Di Kamarku
Aku memeluknya setiap kali dia datang ke kamarku. Aku menikmati bersandar di punggungnya yang hangat dan aroma tubuhnya.
Dia selalu datang ke kamarku ini beberapa saat setiap harinya. Ketika malam hari saat dia baru tiba, entah dari mana. Dan di pagi hari, ketika dia selesai mandi, sebelum akhirnya pergi setelah terlihat rapi. Ketika itu, aku harus melepaskan pelukanku. Hal yang kubenci.
Pertama kali aku bertemu dengannya ketika dia sedikit lebih muda dari hari ini. Aku menjadi saksi hampir seluruh hidupnya sejak itu.
Tawanya yang renyah, yang terkadang sampai membuatku ingin tahu apa yang dia tertawakan. Juga ketika dia menangis. Meskipun dia tidak mengatakan satu katapun dalam tangisnya, aku bisa mengerti apa yang dia rasakan. Ketika amarahnya sedang meledak. Aku ingat suatu saat, sebuah buku tebal melayang dan hampir menyentuh rambut panjangku. Dan aku menikmati ketika dia berada di kamar ini dengan penuh birahi. Ketika itu kami bercinta.
Aku cinta dia. Aku ingin memiliki dia.
Suatu hari dia memutuskan untuk pindah ke kamarku. Semua barang-barangnya kini memenuhi kamar ini yang sudah lama sekali hanya berisi lemari pakaiannya dan kursi tua kesayanganku, tempat aku selalu duduk. Tempat kami bercinta.
Mungkin dia tidak lagi merasa nyaman berada di kamarnya itu. Aku tidak tahu kenapa. Aku tidak pernah masuk ke kamarnya. Aku tidak bisa.
Aku bahagia bukan kepalang.
Kini dia ada di sini bukan hanya sebentar dan pergi lagi. Aku semakin mencintai dia. Aku sudah memiliki dia, meski dia tidak pernah melihatku.
Seperti kemarin, hari ini aku duduk di kursi tua kesayanganku sambil menyisir rambutku yang panjang ini, menantinya pulang dan memeluknya sepanjang malam.
**